SEJARAH HIDUP
Cerpen berjudul “Surat Terakhir” karya M. Shoim
Anwar berkisah tentang masalalu tokoh dengan gadis pujaannya (Susmia) yang
telah gagal dinikahinya, bahkan dia sekarang sudah memiliki istri. Hingga
istrinya pun cemburu gara-gara perbuatannya yang selalu menyimpan surat-surat
dari mantan pacar. Disini mengkritik tentang permasalah sosial dalam cinta
antara Tokoh Aku yang selalu membaca surat-surat dari mantan kekasihnya
Susmia yang masih dia cintai hingga lima belas tahun.
Berikut kutipannya : “Kalimat
terakhir itu menancap di mataku. Surat ditutup dengan gambar setangkai bunga
layu pada baris terakhir. Usai kubaca, surat itu kudekap erat, lalu kucium,
seperti aku mendekap dan mencium Susmia lima belas tahun yang silam. Aku
bergelimpangan di atas kasur.(2014:141)
Susmia adalah teman kelasnya sewaktu SMA wanita yang sangat
istimewa dihatinya. Karena keadaanlah hubungan mereka harus berakhir. Tokoh Aku
yang miskin dan harus menyelesaikan kuliah, dia harus memilih antara
pendidikannya dengan cintanya.
Berikut kutipannya : “Saya orang
miskin. Beban saya untuk menyelesaikan kuliah amat berat. Saya tak sampai hati
memperlakukan dia untuk menanti tanpa batas waktu yang jelas.” (2014:142)
“Saya kawin tidak hanya untuk diriku
sendiri, tetapi juga untuk seluruh keluargaku,” Kata Susmia sambil memasukkan
surat itu ke dalam tasnya.(2014:143)
Saat tokoh Aku mengahadapi suatu permasalahan harus
memilih antara pendidikan atau cinta. Bagi dia pendidikan dapat mengubah
nasibnya, namun di satu sisi dia sangat mencintai kekasihnya yaitu Susmia.
Sering kali tokoh Aku menyalahkan nasib pada dirinya dan menyalahkan
keadaan yang dia alaminya terkadang juga dia terima terhadap keputusan
yang dia ambil. Saat
nikah dahulu Susmia benar-benar memenuhi harapanku. Dalam suratku yang
terakhir, aku berpesan apabila dia menikah hendaklah aku diberi tahu. Saat
pemberitahuan itu benar-benar datang, aku spontan lemas. Rasanya ada yang
hilang pada diriku. Perempuan yang sebenarnya masih kucintai itu sebentar lagi
jadi milik orang lain.
Terdapat pada kutipan : Malam itu,
aku benar-benar datang ke pernikahan Susmia. Jantungku bergetar-getar. Ternyata
tak ada pesta yang ramai. Pernikahan sudah dilangsungkan siang tadi. Tapi
beberapa meja dan kursi masih ditata memanjang. Susmia masih belum mucul,
katanya masih keluar bersama sang suami. Sementara lampu benar-benar terang.
Seluruh keluarga Susmia berkumpul di ruang tamu. Aku merasa dikepung oleh
mereka. Beberapa saat setelah itu, Susmia pun muncul. Kuperhatikan suaminya.
Detak jantungnya berubah kencang. Kami bersalaman. Tangan Susmia terasa hangat.
Aku dan Susmia duduk berhadapan dengan dipisahkan meja kecil.
Laki itu banyak sekali menyimpan surat-surat dari Susmia,
begitu juga Susmia sering kali mengirim surat ke lelaki itu. Mereka berdua
memang tak pernah takut jika suatu saat rumah tangganya akan hancur hanya
karena sebuah surat dan teringat masa lalunya. Hingga akhirnya diketahui oleh
istri laki tersebut, istri pun menuduh yang macam-macam.
“kamu nyeleweng, ya? “istriku
menuding mukaku.
“nyeleweng apa?”
“punya pacar lagi!” istriku
menjawab dengan nada tinggi.
“siapa yang nyeleweng?”
“ngaku enggak!” istriku membentak.
Meskipun sudah ketahuan oleh istri, suami masih tetap saja mengingat masa
lalunya. Tidak mau surat-surat dan foto Susmia dibakar.
Masa Lalu Tak Perlu
Dihapus Karena Bagian Dari Sejarah Hidup
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar